1.29.2013

Pengantin Agun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Tata upcara Pengantin
1. Majang dan Tarub
          Majang adalah menghias krobongan 'pasarean tengah' dari dalem prabayeksa dan dalem 'rumah  pengantin putra, serta pasareyan pajangan 'tempat tidur mempelai berdua'. Krobongan adalah ruang tengah dari rumah pokok yang disakralkan., biasanya untuk menyimpan benda-benda pusaka.
Hiasan yang digunakan seperti daun sisrih, kain kecil-kecil bermotif sindur, bangun tulak, gadhung mlati, mayang sekar, podhang cinucup, pandhan binethot, dan pacing tawa. Kain-kain lurik ukurankecil dengan motif kawung, sulur, ringgin, gedhog madu, pliwitan, puluh watu, lurik pali, dan lurik dringin dengan benang emas. Kain-kain kecil lain yang juga diperlukan adalah yang dubuat dari bahan katun biasanya yaitu pethakan dan lotrok atau letrek. Di krobongan harus ada sepasang cangkolan berbentuk pesi beri, di depangnya juga diletakan patung loro blonyo, kecohan, dan klemuk.
          Tarub adalh upacara menghias pendhapa serta membuat tambel, dengan hiasan pokok berupa janur kuning.
             Majang dan tarub dikerjakan lima hari menjelang acara pokok yaitu ijabipun penganten kakung. Sejak saat majang dan tarub kedua penganntin mengalami masa nyengker 'dipingit, dibatasi aktivitasnya' dari masyarakat dan dunia luar. Nyengker mengandung makna agar kedua calon mempelai benar-benar dalam keadaan bersih secara spiritual, tidak terkotori lingkungan dan kekuatan dari luar rumah, dijaga dan diawasi kesehatan lahir batinya.
             Calon mempelai wanita disengker di Keputren, sedangkan calon mempelai pria di Kasatrian. Sebelum disengker calon mempelai pria harus menghadap terlebih dahuli kepada Sri Sultan untuk meminta doa restu di Tratag Bangsal Kencana.
             Di tempat-tempat yang dianggap sakral biasanya telah diletakan sesaji. Sajen 'sesaji" untuk krobongan dan pasareyan pajangan adalah tumpeng robyong, tumpeng gundhul, ayam gesang 'ayam hidup', tumbasan peken 'jajan pasar', pisang ayu, sedah ayu 'sirih',  gendis kelapa 'gula kelapa', gendis jawi 'gula jawa', sekeping mata uang benggol, klapa satebonipun satunggal gandeng 'sepasang kelapa dengan sabutnya', tebu, pantun 'padi', jenang tiga warna 'bubur/dodol tiga warna', tindih yatra 18 sen, sekar setaman 'bunga setaman', dan megar mayang serakit 'sepasang mayang. Sesaji tersebut ditempatkan pada cething atau tebok 'nyiru' atau cowek 'cobek tanah' dan harus ada cuplak 'pelita' yang terus mennyala.

2. Siraman
          Siraman 'mandi ritual' dimaksudkan agar kedua calon pengantin menjadi bersih secara lahir batin. yang mendapat tugas memandikan calon pengantin wanita adalah para putri yang sudah berkeluarga lokasi siraman  berada di Keputren, sedangkan calon pengantin pria berlangsung di Kasatriyan.
         Perlengkapan  yang ada antara lain siwur 'gayung' dari perak, sabun mandi dalam tempat perak, campuran tujuh pelembut kulit dalam tempat dari perak, pengaron besar 'tempat air', klenting 'tempat air terbuat dari tanah', dan air yang ditburi berbagai macam bunga dan daun bunga. Selain itu harus disediakan berbagai kain sebagai syarat, terdiri dari kain kliwatan, sembagi, bangun tulak, letrek, gadhung mlathi, godhong kluwih, dan lurik padi. Adapun sesaji yang harus disediakan adalah sekul wuduk, sekul pumar, sekul gebuli, sekul ambengan, sekul asrep-asrepan, tumpeng arupi damar, tumpeng kendhit, tumpeng megana, tumpeng duplak, tumpeng kapuranta, tumpeng rapa, tumpeng robyong, tumpeng gundhul, tumbasan peken, gendhis-klapa-wos, pisang ayu, pala gumantung, pala kesimpar, pala kapendem, kupat lepet, jongkong inthil, opak angin pleret, srabi, klepon, ketos kolak,apem ketos warni pitu, rujak warni pitu, jenang pitu, tebu pantun, impling, dan yatra tindhih 18 sen.
            Selesi sirama, penganting wanita dan pengantin pria dikertik 'dihilangkan' bulu halus di tengkuk, kening, dan wajah. Calon pengantin wanita selanjutnya dirias grambyangan 'dasaran' dan pidih.

3. Lenggah Midadareni
              Tahap ini dilaksanakan pada malam hari setelah upacara siraman, diadakan di Kepitrn maupun di Kasatriyan. Upacara lenggah midadareni merupakan upaya untuk memperoleh wahyu dari para bidadari, hingga penampilan jasmani dan rohani kedua calon pengantin pada saat upacara tampak cemerlang, berpamor dan sempurna.

4. Panantunipun Pengantin Putri
                Merupakan acara resmi di depan penghulu yang dilakukan oleh Sri Sultan sebagai ayah calon pengantin wanita, intinya menanyakan apakah putrinya bersedia dinikahkan dengan calon mempelai pria yang telah dilamar dan Sri Sultan. Tentunya calonpengantin wanita tidak akan menolak titah ayahanda dan rajanya. Upacara dengan tatanan khas keraton Yogyakarta ini dilaksanakan di emper 'bangunan samping' bagian utara dalem Prabayeksa.

5. Ijabhipun Penganten Kakung
              Taham ini merupakan tahapan terpenting dari selururh rangkaian upacara perkawinan agung. Pada upacara ini pengantin pria dinikahkan secara sah dengan pengantin wanita. Upacara ini diselenggarakan di Mesjid Panepen yang terletak di bagian barat laut keraton. Calon mempelai pria duduk bersama penghulu, berhadapan dengan Sri Sultan dan para pangeran  serta bupati yang bertugas mendampingi Sri Sultan. Sebelum upacara ijab dilangsungkan dhuwung 'keris' dipunggung harus dilolos 'diambil', dan upacara ijab tersebut diucapkan dalam bahasa bagongan yaitu bahasa Jawa yang khas dipergunakan dalam lingkunagn keraton saja. Pengantin pria juga diwajibkan mengucapkan Taklik janji dalem 'janji-janji pengantin pria terhadap istrinya'. Adapun mas kawin berupa Al Qur'an. Pada upacara ini pengantin wanita tidak dihadirkan
               Sajen yang disediakan pada upacara ini terdiri dari pisang ayu, sedhah ayu, jambe, gambir, tembakau, enjet, sekar telon (mlathi, kanthil, dan kenanga), serta kemenyan.

6. Dhaupipun Penganten.
             Tahap ini merupan upacara seremonial (bertemu) antara oengantin pria dan pengantin wanita, diselenggarakan sesaat setelah upacara ijabhipun penganten kakung, sehingga merupakan satu rangkaian. Pada upacara inilah kedua pengantin bertemu secara resmi dengan mengenakan paes ageng 'tata rias dan busana pengantin keraton' yang sangat lengkap dan anggun. Gamelan Munggang dan Kodhok Ngorek akan dibunyikan mengirini upacara ini, suasana magis akan menyelimuti prosesi sakral itu. Sajen paes ageng yaitu tumpeng gundhul, tumbasan peken, gendhis-klapa-wos, sedah ayu, ketos warni pitu, jenang warni tiga, dan yatra tindih 18 sen.

7. Lenggah Ageng
               Tahapan ini merupakan perayaan atau resepsi perkawian agung yang dilaksanakan dengan sangat megah. Upacara berawal di Bangsal Kencana dan berakhir/berpusat di Kasatriyan. Sejak sore hari edan-edanan 'penari dengan busana layaknya orang gila' yang terdiri dari 14 pasang telah siap di pelataran keraton, demikian juga dengan prajurit berjajar sepanjang bagian pelataran yang menujju ke Kasatriyan. Para pembesar keraton hadir dengan mengenakan busana kebesaran sesuai dengan pangkat dan kedudukan mereka.
                 Para petugas yang melayani resepsi terdiri dari sewidakan serta para keparak, demikian pula para pembawa ampilan yang berjumlah berpuluh-puluh. Para musisis telah bersiap di Bangsal Mandhalasana dan pa ninyaga ' penabuh gamelan' bersiap di kedua Gedhong Gangsa.
             Lenggahan ageng dimulai dengan tampilnya dua orang puteri bagi mempelai pria dengan tugas menghantrakan sanggan lampah panyuwunipun penganten dan sanggan tebusan penganten. Sanggan-sanggan itu sendri deibawa oleh keparak dari Kasatriyan menuju Bangsal Prabayeksa dan akan diterima oleh Kanjeng Ratu Pembayun dan puteri tertua di Keputren. Masing-masing berisi pisang ayu, sedhan ayu, jampe, gambir, sata kedhu, enjet, sekar telon, kemenyan, kisi, lawe, lisah sundhul langit, jungkat, suri, pengilon, kunir asem, dan yatra 25 uwang. Semua diletakan di petadhahan. Selanjutnya calon penganten pria didampingi

Sumber: Hj. BRA. Mooryati Soedibyo, S.S. 2001. Pengantin Indonesia: Upacara Adat Tata Busanan dan Tata Rias. Magelang: Tamboer Press bekerja sama dengan Perkasa Adiluhung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar